PERSATUAN
MENEMBAK DAN BERBURU INDONESIA (PERBAKIN)
KABUPATEN
CIANJUR – JAWA BARAT
Didirikan tanggal 01 Juni 1995
Alamat : Gadung Permai Village Blok D. No. 8 Jl. Rd. Ariawiratanudatar (Arwinda) Cianjur 43281 – Jawa Barat Telp : 08179007200 / 081912037000 / 081563167000
Email : Perbakin.Cianjur@Gmail.ComBlogspot : perbakincianjur.blogspot.com
|
|
|
SEJARAH
BERDIRINYA PERBAKIN
Secara
harfia kata menembak berarti dua hal :
1. Melepaskan
peluru dari senjata api
2. Mengarahkan
sesuatu kepada sesuatu
Dari
kedua kata itu maka akan muncul 3 hal penting dari konsep menembak :
1. Kebendaan,
yaitu alat untuk menembak.
2. Manusia
yang merupakan subjek dari pemakaian alat
3. Sasaran
sebagai aktifitas objek dari menembak melalui senapan ataupun pistol
Dari
ketiga pengertian konsep itulah maka dapat dilihat bahwa menembak merupakan
kerja ide dan indera yang terhimpun dalam suatu waktu, suatu tempat, dan suatu
reaksi yang semua terakumulasi dalam kerja menembak.
Bila
dibanding dengan olahraga lain menembak terutama tembak sasaran merupakan satu
kerja yang berkesinambungan antara aksi dengan reaksi. Dalam menembak, setiap
petembak harus memiliki ketenangan, ketahanan, dan pengontrolan diri yang
ditopang dengan fisik yang baik dengan keseimbangan besar yang terkontrol dan
aktif.
Aktifitas,
Ide, dan himpunan dari waktu, tempat, dan reaksi merupakan suatu bentuk dan
syarat untuk dimulainya bekerjanya organ tubuh secara rahfia untuk melakukan
gerakan atau aktifitas, karena itu menembak merupakan cabang olahraga yang
harus berhasil mengakumulasi ide, waktu, tempat dan reaksi untuk berprestasi.
Sebagai suatu cabang dari olahraga yang juga merupakan aktifitas budaya, maka
menembak merupakan suatu aktifitas badan yang lahir dan besar dalam suatu
konteks tertentu.
Di
Indonesia, olahraga menembak diawali dengan terbentuknya ” NICG ” atau
singkatan dari Perkumpulan berburu dengan menggunakan senjata api. Kemunculan
NICG pada paruh pertama abad 20 dari segi politik dan ekonomi ada dua hal,
yakni strategi politik kolonial dan strategi pendekatan keamanan kepada
masyarakat. Kebijakan ini kenyataannya memberikan kesempatan besar pada
perusahaan asing untuk menyewa lahan pertanian. Situasi inilah yang menjadi
salah satu alasan kenapa NICG harus ada, saat itulah mereka orang eropa yang
ada di tanah air menjadikan lahan pertanian yang mereka sewa sebagai lahan
berburu, kegemaran berburu ini juga memiliki andil besar dalam rangka lahirnya
olahraga menembak.
PON I
Solo tahun 1948, memang tidak menyertakan cabang menembak untuk dipertandingkan
meski saat itu Persatuan Buru sebagai wadah para hobbies telah dibentuk. Mudah
dipahami, karena menembak pada waktu itu dikonotasikan sebagai aktifitas kerja
politik bukan aktifitas olahraga. Baru pada tahun 1950, menembak masuk kedalam
cabang olahraga, ketika itu Didi Kartasasmita, Oisaid Suryanatanegara, dan
kawan-kawan membentuk Perhimpunan Olahraga Perburuan Indonesia (PORPI) yang
dimaksud sebagai hobies dan olahraga, singkatnya olahraga menembak ini cepat
mendapat tempat dihati masyarakat tetapi menembak sasaran belum nyata
langkahnya.
Angin
segar tampaknya menerpa para hobies yang tak jauh dari kesehariannya, tiga
perwira angkatan darat mengadakan pendekatan kepada PORPI untuk memecahkan
masalah. Ketiga perwira itu adalah Mayjen Sungkono, panglima divisi brawijaya.
Kolonel Soedirgo, komandan CPM seluruh Indonesia, dan Kol. Purnomo, Staff CPM.
Tanggal
25 Mei 1960, mengadakan pertemuan dan hasilnya adalah pernyataan bahwa perlu
dibentuk organisasi menembak dan berburu yang baru untuk menggantikan PORPI.
Hasil ini disampaikan ke Kementerian Olahraga bahkan saat itu pula, Kementerian
Olahraga sedang mengadakan pemantauan pada Olimpiade Roma 1960 tentang apa dan
bagaimana aturan resmi olahraga menembak. Maka dalam waktu singkat, tepatnya 17
Juli 1960 resmi didirikan Persatuan Menembak Sasaran dan Berburu Seluruh
Indonesia disingkat PERBAKIN yang peresmiannya dilakukan di Jawa timur.
Dengan
terbentuknya perbakin maka ada tugas-tugas yang harus dijalankan perkumpulan
ini antara lain membimbing, mengkoordinir, dan mengawasi
perkumpulan-perkumpulan serta organisasi bidang menembak diseluruh Indonesia
dan merencanakan dan meyelenggarakan kegiatan olahraga menembak. Tugas lain
adalah menyebarluaskan tata cara secara teratur sesuai ketentuan
perundang-undangan yang telah ditetapkan dari sinilah terlihat bahwa perbakin
bukan sekedar wadah perhimpunan olahraga menembak namun juga sebagai wadah
pengontrol para pemilik senjata api secara organisasi. Setelah itu setahun
kemudian perbakin masuk wadah olahraga Komite Olahraga Nasional Indonesia
(KONI) dan Mayjen Sungkono dipilih sebagai Ketua Umum PB-Perbakin yang pertama
yang didampingi Abubakar Lubis, Soetrisno, Ir. Kunto Adji, Soedirgo, Sujanuji,
Purnomo, dan Alibasa Saleh.
Langkah
nyata yang semakin maju adalah dengan mengikut sertakan cabang olahraga
menembak pada Asian Games 1962. Ivent ini menyertakan Leli Sampoerno, Ny.
Sugodo, dan Cokro Kamary, Ergy Ismail, Lessy, Kisono. Meski mereka latihan
seadanya dengan pelatih Niluen Stevanovic dalam waktu 6 bulan ada prestasi yang
membanggakan karena Lely Sampoerno berhasil meraih medali perak untuk Free
Pistol.
Ada dua
masa kepengurusan yang menjadi era konsulidasi bagi PB Perbakin yakni
kepengurusan Mayjen Sungkono tahun 1961 – 1967 dan kepengurusan Rusmi Nuryatin
1967-1969. Masa ini juga menjadi masa peletak program bagi PB Perbakin.
Hasil
pembinaan prestasi tahun awal berdiri hingga periode kedua inilah yang menjadi
jalan keberhasilan saat kepengurusan Suwoto Suhendar dari tahun 1969 – 1977
Perbakin terus berupaya maju dan tahun 1973 Ny. Lely Sampoerno pada PON VIII di
Jakarta, berhasil memecahkan Air Pistol yang khusus diikuti pria. Nilai 372
yang sekaligus memecahkan rekor merupakan prestasi bagi atlet putri yang
mengalahkan atlet pria.
Ada
yang sangat menarik dari cabang menembak yakni masalah yang dari periode ke
periode tetap sama dan solusi yang kerap pula identik dari periode ke periode
tetapi lucunya itu-itu saja yang dilakukan mengapa begitu? Mantan Ketua Umum
PB-Perbakin Edy Sudrajat pada wacana yang ditulis Menebar Program Menuai
Prestasi mengatakan bahwa ada faktor staknasi dalam menyimpulkan jalan terbaik,
apakah yang dapat dilakukan ?
Sebagai
cabang olahraga yang notabenenya berada disatu induk keorganisasian yaitu KONI,
cabang olahraga menembak selalu saja menghadapi permasalahan umum yang sama
dari mulai kesulitan mendapatkan bapak angkat, dana pembinaan rutin, pembinaan
atlet yang sering tidak beraturan, hingga kesulitan melakukan evaluasi hasil
pertandingan karena memang yang mengikuti pun hanya itu-itu saja. Bahkan
atletnya pun juga hanya itu-itu saja, bagaikan reuni bila hadir dalam
event-event tertentu. Atlet yang puluhan tahun masih bercokol disini dan
tak banyak wajah baru yang tampil dengan prestasi membanggakan.
Inilah
kesulitan dan permasalahan umum dalam wilayah keolahragaan di Indonesia.
Perbakin sebagai induk organisasi olahraga menembak di Indonesia yang sejak
keberadaannya tahun 1960 sebenarnya telah menetapkan beberapa fisi, program,
dan solusi startegi yang selalu saja menitikberatkan pada upaya menjadikan
olahraga menembak itu sebagai olahraga yang tidak sekedar ekslusif namun
bisa bersifat masal dan terorganisir. Sangat sulit berkembang bila Perbakin
menjadi olahraga untuk golongan atau masyarakat tertentu. Untuk itu sulit maju
sebab hanya dengan keterbukaan dan kebersamaan Perbakin akan menjadi cabang
olahraga yang dikenal dan digemari masyarakat sehingga banyak atlet yang muncul
dari rasa senang. Memang tidak selayaknya olahraga ini menjadi tampak
menakutkan. Apalagi, bila pengurus yang bercokol sulit untuk berkomunikasi,
hasilnya pasti jauh dari prestasi.
Memang
banyak yang telah dilakukan seperti upaya pemantapan program kerja jangka
pendek, jangka menengah, dan jangka panjang, kemudian peraturan dan revisi
anggaran rumah tangga belum lagi setumpuk keputusan yang dikeluarkan. Semua
menggambarkan betapa dinamisnya upaya untuk mengangkat cabang menembak sebagai
olahraga yang dikenal dan gampang dimasyarakat langkah ini telah lama dilakukan
tetapi kendala lain selalu datang saat konsep yang telah matang dijalankan,
terputus oleh karya baru oleh pengurus baru, walaupun niatnya sama untuk
meningkatkan prestasi. Mungkin ada metode terbaik yang menjadi solusi dari
ruwetnya situasi. Ini semua bisa dilakukan bila dukungan mengalir dari semua
pihak termasuk para birokrat namun bagaimana bisa dilakukan pendekatan kalau
prestasi masih terbatas dan tidak mampu menyita perhatian masyarakat. Untuk itu
diperlukan suatu sinergi keorganisasian yang sifatnya tidak saling
mengandalkan. Pengurus Besar memang bukan struktur organisasi birokrasi yang
menetapkan dan mengawasi program kerja tetapi PB adalah komponen terakhir yang
menerima limpahan hasil kwalitas yang dilakukan cabang, klub, pengurus daerah
dalam mendapatkan bibit atlet unggulan.
Orientasi
yang terjadi dan ideal adalah dari bawah keatas dengan asumsi menyediakan
sistem pelatih yang menyiapkan atlet-atlet untuk melakukan aktifitas prestasi.
Mekanisme kerja ini tentu merupakan mekanisme ideal untuk tidak lagi berkutat
pada masalah dana dan cara melakukan pembinaan, dan lain-lain.
Visit blog saya ayomenembak.blogspot.com kita sama-sama membahas perbakin bidang target. Saya ingin follow blog ini tapi tidak ada widgetnya.
BalasHapusMantep
BalasHapusKalau latihan rutin nembakdnembak Cianjur hari apa saja? Mohon minta alamat PERBAKIN! Saya tugas mengajar di cjr. Tapi saya hobi menembak sasaran.
BalasHapusSasaran targét dan tikus got dng senapan angin
BalasHapus